Kamis, 15 Agustus 2013

RUDAL RBS-70

RBS70.jpg

Jihad-Defence-Indonesia - RBS-70 adalah sebuah sistem MANPADS buatan swedia yang dirancang untuk anti-pesawat tempur dan beroperasi di semua cuaca dengan dukungan sedikit atau tanpa dukungan sama seklai dari pasukan lain. Sistem ini menggunakan roket RB 70
Angkatan Darat Australia RBS-70 Dalam Pelayanan
RBS 70 adalah pendek jarak Pertahanan Udara (SHORAD) laser yang dipandu sistem rudal.Operator menerima petunjuk tentang posisi target dari SLT lokal (combat-terminal kontrol) yang adalah tentang ukuran laptop. SLT pada gilirannya menerima informasi melalui radio dikodekan disiarkan dibuat oleh salah satu stasiun radar ( PS 90, PS 70 ) atau beberapa sumber informasi lain pengumpulan. Ketika target telah diakuisisi oleh operator yang mematikan keamanan, yang menyalakan laser utama dan mengirimkan sebuah IFF sinyal dan jika merek yang positif menembak mustahil. Jika operator yakin bahwa ia memiliki track yang baik dia kebakaran. Rudal itu kemudian terbang dalam sinar laser dari pandangan, menyesuaikan posisinya terus-menerus untuk tetap berada di dalam balok. Hal ini menempatkan banyak tekanan pada operator yang perlu memiliki tujuan yang sangat stabil. Jika rudal dipandu ke dalam 30 meter dari target membunuh adalah 95% terjamin.
RBS-70 DI PELUNCUR LAND JIP LAND ROVER
Knalpot dibuang di bagian tengah rudal dan sinar laser sistem naik dipasang di bagian ekor, di mana hal ini sangat sulit untuk macet.
RBS 70 telah terus diperbarui dan ditingkatkan, versi pertama (Mrk 0) memiliki jangkauan pendek dan kemampuan membunuh terbatas tapi ini jauh lebih baik dalam versi. Mk 1 dan Mk 2 diikuti segera dan merupakan standar RBS 70 dengan berbagai 5,000-6,000 m dan langit-langit dari 3.000 m. Saat ini, RBS 70 beroperasi di 18 negara pelanggan, di semua benua dan di Arktik, padang pasir, dan lingkungan tropis.
Pada tahun 2003 "bolide" upgrade sistem diperkenalkan kepada RBS 70.
 Rudal bolide adalah RBS 70 Mk 2 upgrade yang lebih cepat (Mach 2 vs Mach 1.6), dengan kisaran hingga 8 km (5.0 mil) dan bisa mencapai ketinggian 5 km. Bolide ini juga memiliki hulu ledak baru, yang merupakan muatan berbentuk dengan jaket pra-terfragmentasi, yang beradaptasi fuze kedekatan memberikan efektivitas penuh terhadap berbagai sasaran yang lebih luas, dan elektronik reprogrammable baru memberi kemungkinan untuk melakukan serangan rudal jelajah dan UAV . Pengiriman telah dimulai pada tahun 2005.
RBS-70 DI PELUNCUR ASRAD-R
 
RBS-70 di Upgarde
Pada tahun 2011, Saab Bofors Dynamics (penerus perusahaan Bofors Pertahanan) mengumumkan peluncuran Generasi baru 70 RBS Baru (RBS 70 NG). Versi upgrade termasuk sebuah sistem pengamatan ditingkatkan mampu night vision dan pelatihan peningkatan dan setelah aksi-fitur ulasan.
Spesifikasi : 
Berat87 kg (+ Berdiri Penglihatan Missile +)
Panjangnya1.32 m
Diameter106 mm

Bagian depan senapan yg berisi bahan peledak1,1 kg Dikombinasikan dengan 3.000 bola tungsten dan muatan berbentuk
Detonasi 
mekanisme
Adaptive kedekatan murangfungsi dengan 3 mode dipilih (Off, Normal, target Kecil)

MesinBooster dan penopang dengan solid tanpa asap propelan
Lebar sayap32 cm
Operasional 
kisaran
250 m-8 km
Penerbangan ketinggian5.000 m
MempercepatMach 1.6 (Mark 0/1) 
Mach 2 (5 km dalam 12 detik) (Mark 2/BOLIDE)
Bimbingan 
sistem
Laser beam naik rudal
Luncurkan 
Platform
tripod, senjata platform ( ASRAD-R ) dan kapal perang   

RUDAL SIDEWINDER

F-16 TNI-AU dengan AIM-9 P4 Sidewinder
F-16 TNI-AU dengan AIM-9 P4 Sidewinder (foto : TB Rachman)
Meski secara teknologi TNI AU tak ketinggalan dalam update pengadaan pesawat tempur, lain halnya dengan persenjataan yang melengkapi pesawat tempur. Akibat anggaran pembelian yang serba ngepas, TNI AU hingga kini hanya dibekali rudal udara ke udara secara terbatas.
Rudal andalan TNI AU tak lain adalah sidewinder. Rudal pemburu panas ini mulai hadir sejak awal tahun 80-an. Dari beberapa tipe pesawat tempur yang dimiliki, diketahui hanya tiga jenis pesawat tempur yang mampu menggotong sidewinder, yakni F-5 Tiger, F-16 Fighting Falcon dan Hawk 100/200.
AIM-9 P4 Sidewinder
AIM-9 P4 Sidewinder
Ada dua tipe sidewinder milik TNI AU, yakni AIM-9 P2 dan AIM-9 P4 sidewinder. Paket rudal AIM-9 P2 dibeli bersamaan dengan pengadaan 16 pesawat tempur F-5 E/F Tiger yang pertama datang pada 21 April 1980.
Sedangkan tipe AIM-9 P4 dibeli bersamaan dengan pembelian 12 pesawat tempur F-16 A/B Fighting Falcon pada tahun 1989. Rudal sidewinder untuk pertama kal ditembakkan pada tahun 1989 di selatan Samudra Hindia. Rudal diluncurkan dari dua F-5 yang lepas landas dari lanud Ngurah Rai, Bali.
Moncong Sirip AIM-9 P4 Sidewinder
Moncong Sirip AIM-9 P4 Sidewinder
Apa perbedaan antara AIM-9 P2 dan AIM 9 P4? Letak perbedaannya cukup mencolok, dengan AIM 9 P2 mengharuskan pilot menempatkan musuh di depannya agar rudal dapat menuju pesawat musuh. Sebab rudal ini hanya akan menuju panas yang dikeluarkan dari exhaust.
Sebaliknya rudal AIM 9 P4, meski sama-sama mengarah ke panas tetapi rudal ini akan membidik panas yang ditimbulkan oleh perbedaan suhu akibat gesekan bodi pesawat dengan udara. Dengan demikian AIM 9 P4 bisa ditembakkan meskipun pesawat musuh datang dari depan dalam posisi berhadapan. Dari perbedaan teknis ini mengubah cara dan konsep pertempuran udara (dog fight).
Formasi Tempur F-5 E
Formasi Tempur F-5 E
Rudal buatan Raytheon Company, AS ini memiliki banya varian, tipe terbarunya adalah AIM 9X yang mulai digunakan militer AS tahun 2003 lalu. Untuk tipe AIM 9 P4 milik TNI AU memiliki kecepatan luncur 2.5 Mach dalam tempo waktu 2,2 detik. Jangkauan rudal efektif adalah 17,7 Km dengan lama misi 60 detik. Bobot sidewinder sendiri sekitar 78 Kg

RUDAL SEACAT


Sea Cat meluncur dari sebuah Frigat Royal Navy
Pada era tahun 80an, saat Arhanud TNI AD mengandalkan rudal Rapier sebagai ujung tombak alutsista pertahanan udara, maka di matra lain, yakni TNI AL juga memiliki rudal anti serangan udara yang canggih pada masanya. Rudal kategori SAM (surface to air missile) yang dimaksud adalah Sea Cat buatan Short Brothers, Inggris. Sebagai platform rudal anti serangan udara, sistem peluncur Sea Cat sudah ‘ditanam’ pada frigat TNI AL.
Dalam catatan, setidaknya ada 9 frigat TNI AL yang mengusung Sea Cat. Tiga frigat pertama adalah dari kelas Tribal, yakni KRI Martha Kristina Tiyahahu (331), KRI Hassanudin (333) dan KRI Wilhelmus Zakarias Yohannes (332). Ketiga frigat Tribal buatan Inggris ini dibeli bekas pakai dari Royal Navy pada periode tahun 1984-1985. Sedangkan enam frigat kedua adalah dari kelas Van Speijk buatan Belanda. Serupa dengan frigat Tribal, Van Speijk juga dibeli bekas dari Royal Netherlands Navy pada tahun 1989. Keenam frigat Van Speijk tersebut adalah KRI Ahmad Yani (351), KRI Slamet Riyadi (352), KRI Yos Sudarso (353), KRI Oswald Siahaan (354), KRI Halim Perdanakusumah (355) dan KRI Karel Satsuittubun (356).

KRI Ahmad Yani, salah satu frigat TNI AL pengusung Sea Cat

Sea Cat tengah ditembakkan dari KRI Yos Sudarso
Pada setiap frigat terdapat dua peluncur Sea Cat, dimana masing-masing peluncur dapat memuat empat rudal siap tembak. Dari spesifikasinya, Sea Cat dapat digolongkan rudal anti pesawat jarak pendek, jangkauan tembaknya maksimum 5 km. Tak seperti halnya rudal Rapier yang punya kecepatan tembak supersonic, Sea Cat hanya dirancang meluncur dengan kecepatan subsonic (0,8 Mach). Rudal berbobot 68 kg ini dirancang bermanuver dengan 4 sirip, sedangkan untuk urusan tenaganya dipercayakan pada two stage solid fuel rocket motor.
Sebagai sebuah peluru kendali, Sea Cat dalam operasionalnya dikendalikan lewat akses radio. Pada setiap peluncur terdapat seorang operator pengendali yang mengedalikan laju rudal secara remote dengan teknologi Command Line-Of-Sight (CLOS). Seperti terlihat di frigat Van Speijk TNI AL, ruang kendali operator Sea Cat terdapat tepat dibelakang peluncur. Untuk mengantisipasi cuaca buruk, pada kabin awak rudal dilengkapi wiper untuk membersihkan kaca dari air hujan.

Rangkaian platform Sea Cat, tampak peluncur dan konsol kendali CLOS yang diawaki seorang operator

Tampilan utuh Sea Cat, rudal subsonic ini menggunakan empat sirip
Pengalaman Tempur
Walau tak sebeken Rapier, Sea Cat nyatanya juga sudah teerlibat dalam beberapa kali dilibatkan dalam pertempuran. Yang mencolok adalah kiprahnya dalam perang Malvinas di tahun 1982. Karena hanya mengandalkan kecepatan subsonic, prestasi Sea Cat dalam perang Malvinas dinilia tak begitu baik. Selama berperang melawan AU Argentina, Sea Cat dikabarkan hanya mampu menembak jatuh sebuah A-4 C Skyhawk.

Peluncur Sea Cat siap tembak dengan 4 rudal


Peluncur dalam kondisi kosong, pola pemasangan rudal ke peluncur dilakukan secara manual
Pengalaman tempur Sea Cat lainnya yakni dalam India dalam berperang melawan Pakistan (1971) dan konflik perbatasan di Afrika Selatan. Dalam dua konflik terakhir ini, Sea Cat dimodifikasi menjadi Tigercat, yakni paltform rudal ini diusung untuk penggunaan di darat. Jika pada kapal perang satu pelunncur memuat empat rudal, untuk Tigercat satu peluncur hanya memuat tiga rudal. Sistem gelar Tigercat mengusung towed dari jip Land Rover. Negara penggua Tigercat yakni Argentina, India, Iran, Yordania dan Afrika Selatan. Oleh karena prestasi yang minus dalam pertempuran, beberapa negara kemudian mengganti Tigercat dengan Rapier.

Rudal Tigercat
“Kucing Laut” TNI AL
Sejak tahun 2000 lalu, populasi Sea Cat TNI AL berkurang, hal ini seiring dipensiunkannya frigat dari kelas Tribal. Frigat Tribal terbilang kapal perang tua, dirancang pada tahun 1950-an dan dioperasikan Royal Navy pada era 60 dan 70an, dan secara terbatas di awal tahun 80-an. Hal ini menandakan operasional dan performa Tribal sudah menurun drastis, apabila terus dioperasikan tentu biaya operasional yang ditanggung TNI AL akan kian besar.

KRI Hassanudin (333), salah satu frigat Tribal TNI AL yang juga mengusung Sea Cat
Maka setelah Tribal lengser, sandaran pengabdian Sea Cat hanya pada enam frigat kelas Van Speijk. Berbeda dengan frigat Tribal, kelas Van Speijk masih digunakan terus hingga saat ini lewat program repowering. Van Speijk yang umurnya sedikit lebih muda dari Tribal juga terbilang frigat canggih, sebab mengusung sudah kanon Oto Melara dan rudal SSM (surface to surface) Harpoon. Selama dioperasikan TNI AL, Sea Cat belum satu pun digunakan untuk menembak pesawat lawan. Terakhir kali Sea Cat tipe MK MOD 1 ditembakkan TNI AL dalam latihan penembakan strategis bersandikan “Operasi Halilintar” pada 8 hingga 9 Juni 2007.

Posisi penempatan peluncur Sea Cat pada frigat Tribal


Sea Cat on action
Seiring usia tua Sea Cat (mulai dioperasikan tahun 1962) dan teknologinya yang kian ketinggalan jaman, saat ini TNI AL mengganti Sea Cat di frigat Van Speijk dengan rudal Mistral dengan peluncur Simbad buatan MBDA, Prancis. Dari spesifikasi jelas Mistral lebih unggul degan kecepatan supersonic, lebih dari itu pengoperasian Sea Cat dan Mistral juga berbeda, Sea Cat mengusung sistem kendali penembakan lewat radio, sebalinya Mistral Simbad berupa rudal manpad dengan penuntun laser. Adopsi Mistral Simbad oleh TNI AL juga untuk melengkapi sista SAM di frigat kelas Parchim. Di lingkungan Royal Navy, Sea Cat digantikan rudal yang jauh lebih handal dalam kecepatan dan jangkauan, seperti Sea Wolf dan Sea Dart.
Meski dikabarkan telah pensiun, faktanya pada Rabu, 20 April 2011, rudal Sea Cat kembali di ujicoba oleh TNI AL. Sea Cat dilepaskan dari frigat KRI Karel Satsuittubun (356) di perairan Samudera Hindia. Uji rudal Sea Cat juga bersamaan dengan ujicoba rudal Yakhont, Exocet MM-40, Mistral, torpedo SUT dan roket anti kapal selam RBU-6000. Perlu dicatat, dalam ujicoba ini, Sea Cat ditembakkan sebagai sasaran atau target untuk rudal Mistral. (Haryo Adjie Nogo Seno)
Spesifikasi Sea Cat
Manufaktur : Short Brothers
Berat : 68 Kg
Panjang : 1,48 meter
Diameter : 0,22 meter
Berat Hulu Ledak : 18 Kg
Hulu Ledak : Detonation mechanism proximity
Mesin : Roket berbahan bakar padat
Kecepatan : 0,8 Mach
Lebar sirip : 0,70 meter
Jangkauan : 500 – 5.000 meter
Sistem kendali : CLOS dan radio link

Rabu, 12 Juni 2013

rudal at 5

  Korps kavaleri Indonesia bisa dibilang punya beragam ranpur, tapi rasanya masih agak tertinggal untuk urusan persenjataan, semisal di segmen rudal anti tank, belum ada satu pun ranpur kavaleri TNI yang dibekali rudal penghancur tank. Baru semenjak kehadiran tank BVP-2 kavaleri di Tanah Air mengenal rudal anti tank dari jenis AT-5 Spandrel.  Sebagai rudal anti tank, AT-5 dapat dipasang di berbagai ranpur, baik dari jenis tank, panser sampai jip. Pada BVP-2 Korps Marinir, AT-5 ditempatkan pada bagian atas kubah kanon 30 mm BVP-2. Rudal ini terbilang mudah untuk dibongkar pasang, ini tak lain berkat komponen kontainer rudal yang relatif ringan dari bahan fiberglas.  AT-5 Spandrel  Sejatinya AT-5 bukan rudal anti tank anyar, AT (anti tank) -5 Spandrel merupakan identitas yang diberikan oleh pihak NATO. Identitas asli rudal ini adalah 9M113 Konkurs dan rudal ini mulai dikembangkan pada era perang dingin. Desain AT-5 sudah dimulai sejak tahun 1962, dan jenis ATGM (anti tank guided missle) ini resmi mulai dioperasikan pada tahun 1974. Dengan desain yang ringkas, memungkinkan AT-5 dioperasikan secara portabel oleh personel infantri sekalipun.  Sistem kerja rudal ini menggunakan generator gas untuk mendorong rudal keluar dari tube kontainer. Saat rudal ditembakkan, semburan gas akan memacar dari belakang tube. Performa AT-5 cukup dahsyat, saat keluar dari tube, rudal memiliki kecepatan luncur 80 meter per detik dan secara cepat meningkat jadi 200 meter per detik. Hal tersebut bisa dicapai berkat dukungan solid fuel motor.  AT-5 mudah digelarsecara portable  Selama rudal meluncur hingga menghajar target, rudal akan berputar lurus antara 5 sampai 7 kali per detik. Sedangkan jarak tembak efektif rudal ini mulai dari jangkauan 70 meter hingga 4 Kilometer. Untuk jenis bahan peledaknya, AT-5 mengusung tandem HEAT (High Explosive Anti Tank).  Tabung peluncur AT-5 pada kubah tank BVP-2 Korps Marinir  Walau bukan rudal anti tank keluaran terbaru, tapi AT-5 punya segudang pengalaman tempur. Salah satunya pada tahun 2006 lalu, rudal ini menjadi dewa maut di tangan pejuang Hizbullah. Terbukti rudal ini mampu mengkandaskan beberapa MBT (Main Battle Tank) Israel dari jenis Merkava di zona konflik Lebanon.  AT-5 produksi Iran  Selain menjadi senjata “wajib” untuk negara-negara sekutu Rusia, menurut Wikipedia.com, Amerika Serikat juga menggunakan rudal ini untuk keperluan latihan. AT-5 diproduksi oleh Tula Machinery Design Bureau di Rusia. Terbukti bandel di medan perang, rudal ini juga dibuat oleh Iran dengan label Towsan-1/M113. Varian AT-5 yang diproduksi Iran inilah yang konon digunakan oleh pejuang Hizbullah saat melawan tank Israel. (Haryo Adjie Nogo Seno)  Spesifikasi AT-5 Berat : 14,6 Kg Panjang : 1,15 Meter Diameter : 13,5 Cm Sistem Peluncuran : wire guided SACLOS (Semi-Automatic Command to Line of Sight) Moda Peluncuran : perorangan atau dari kendaraan tempur.  Mesin : solid-fuel rocket Lebar sayap : 46,8 Cm Jarak Jangkau : 70 meter sampai 4 Km Kecepatan : 200 meter per detik  Korps kavaleri Indonesia bisa dibilang punya beragam ranpur, tapi rasanya masih agak tertinggal untuk urusan persenjataan, semisal di segmen rudal anti tank, belum ada satu pun ranpur kavaleri TNI yang dibekali rudal penghancur tank. Baru semenjak kehadiran tank BVP-2 kavaleri di Tanah Air mengenal rudal anti tank dari jenis AT-5 Spandrel.  Sebagai rudal anti tank, AT-5 dapat dipasang di berbagai ranpur, baik dari jenis tank, panser sampai jip. Pada BVP-2 Korps Marinir, AT-5 ditempatkan pada bagian atas kubah kanon 30 mm BVP-2. Rudal ini terbilang mudah untuk dibongkar pasang, ini tak lain berkat komponen kontainer rudal yang relatif ringan dari bahan fiberglas.  AT-5 Spandrel  Sejatinya AT-5 bukan rudal anti tank anyar, AT (anti tank) -5 Spandrel merupakan identitas yang diberikan oleh pihak NATO. Identitas asli rudal ini adalah 9M113 Konkurs dan rudal ini mulai dikembangkan pada era perang dingin. Desain AT-5 sudah dimulai sejak tahun 1962, dan jenis ATGM (anti tank guided missle) ini resmi mulai dioperasikan pada tahun 1974. Dengan desain yang ringkas, memungkinkan AT-5 dioperasikan secara portabel oleh personel infantri sekalipun.  Sistem kerja rudal ini menggunakan generator gas untuk mendorong rudal keluar dari tube kontainer. Saat rudal ditembakkan, semburan gas akan memacar dari belakang tube. Performa AT-5 cukup dahsyat, saat keluar dari tube, rudal memiliki kecepatan luncur 80 meter per detik dan secara cepat meningkat jadi 200 meter per detik. Hal tersebut bisa dicapai berkat dukungan solid fuel motor.  AT-5 mudah digelarsecara portable  Selama rudal meluncur hingga menghajar target, rudal akan berputar lurus antara 5 sampai 7 kali per detik. Sedangkan jarak tembak efektif rudal ini mulai dari jangkauan 70 meter hingga 4 Kilometer. Untuk jenis bahan peledaknya, AT-5 mengusung tandem HEAT (High Explosive Anti Tank).  Tabung peluncur AT-5 pada kubah tank BVP-2 Korps Marinir  Walau bukan rudal anti tank keluaran terbaru, tapi AT-5 punya segudang pengalaman tempur. Salah satunya pada tahun 2006 lalu, rudal ini menjadi dewa maut di tangan pejuang Hizbullah. Terbukti rudal ini mampu mengkandaskan beberapa MBT (Main Battle Tank) Israel dari jenis Merkava di zona konflik Lebanon.  AT-5 produksi Iran  Selain menjadi senjata “wajib” untuk negara-negara sekutu Rusia, menurut Wikipedia.com, Amerika Serikat juga menggunakan rudal ini untuk keperluan latihan. AT-5 diproduksi oleh Tula Machinery Design Bureau di Rusia. Terbukti bandel di medan perang, rudal ini juga dibuat oleh Iran dengan label Towsan-1/M113. Varian AT-5 yang diproduksi Iran inilah yang konon digunakan oleh pejuang Hizbullah saat melawan tank Israel. (Haryo Adjie Nogo Seno)  Spesifikasi AT-5 Berat : 14,6 Kg Panjang : 1,15 Meter Diameter : 13,5 Cm Sistem Peluncuran : wire guided SACLOS (Semi-Automatic Command to Line of Sight) Moda Peluncuran : perorangan atau dari kendaraan tempur.  Mesin : solid-fuel rocket Lebar sayap : 46,8 Cm Jarak Jangkau : 70 meter sampai 4 Km Kecepatan : 200 meter per detik

Rabu, 05 Juni 2013

RUDAL QW-3 INDOONESIA

Rihanna Shows Off Her Famous RearFrom Hollyscoop
Setelah cukup lama tak mengoperasikan rudal, akhirnya saat ini Korps Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU kembali dipercaya mengoperasikan rudal anti serangan udara alias SAM (surface to air missile). Tapi beda dari tahun 60-an, kala itu TNI AU punya arsenal monster SAM SA-2 , yakni rudal berjangkauan jarak sedang yang punya kecepatan 3,5 Mach dan jadi momok menakutkan bagi pesawat tempur NATO.
Nah, lima dekade telah berlalu, saat ini Paskhas TNI AU sayangnya tak lagi mengoperasikan rudal hanud (pertahanan udara) jarak sedang. Konon sesuai kebutuhan strategis, Paskhas TNI AU kini justru mengusung alutsista berupa rudal SAM jarak pendek, rudal yang dimaksud tak lain adalah QW (QianWei)-3 buatan CPMIEC (China National Machinery Import and Export), RRC. QW-3 terbilang alutsista anyar di lingkungan TNI, rudal ringan ini kabarnya baru masuk ke arsenal alutsista TNI AU pada kuartal kedua tahun 2010 lalu. Salah satu kesatuan Paskhas yang pertama mengoperasikan QW-3 yakni Skadron Paskhas 463 di Madiun, Jawa Timur.
Ditilik dari spesifikasinya, QW-3 merupakan jenis rudal panggul hanud permukaan ke udara untuk menghadapi sasaran pesawat tempur berkecepatan tinggi/rendah dengan ketinggian rendah maupun sangat rendah. Sebagai rudal hanud berjangkauan jarak pendek, jarak tembak maksimumnya hanya sampai 8 Km dengan ketinggian maksimum 5 Km. Dilihat dari profilnya jelas QW-3 amat ideal menghantam pesawat tempur atau helikopter lawan yang terbang di ketinggian rendah.
Tak seperti rudal panggul (portable) yang ada saat ini, QW-3 yang pertama kali diperkenalkan pada Zhuhai Air Show di Cina tahun 2002, tak menggunakan sistem pemandu passive infra red. Rudal ini justru menggunakan pemandu semi aktif laser yang ditempatkan pada bagian moncongnya. Dengan pemandu laser, rudal ini relatif tahan terhadap flare (pengecoh panas) yang diluncurkan pesawat sasaran. Teknologi lain yang melengkapi QW-3 adalah anti jamming. Untuk mendukung manuver tinggi saat menguber dan menghancurkan, rudal ini dilengkapi teknologi mikro komputer.
Tampilan utuh QW-3
Tak mudah bagi pesawat untuk lolos bila telah dikunci oleh rudal ini, kecepatan luncur rudal ini terbilang fantastis untuk kelas rudal panggul, yakni 750 meter per detik, atau sekitar 2,7 Mach. Hulu ledaknya mengadopsi jenis high-explosive fragmentation dengan radius mematikan 3 meter.
Keunggulan lain dari rudal ini dapat membuat analisa logis dari energi target dan karakteristik gerakan dari target serta mengenali target secara efektif tanpa hambatan. Adapaun sistem perlengkapan rudal QW 3 dan BCU (Battery Coolant Unit) tersimpan dalam wadah tertutup rapat (kedap udara, anti kelembaban tahan lama), ukurannya kecil dan portable, sehingga dapat diaplikasikan pada kendaraan tempur (tank, mobil tempur dan kendaraan lainnya).
Platform peluncur QW-3
Sebagai rudal panggul, pengoperasian QW-3 terbilang sederhana dan punya mobilitas sangat tinggi. QW-3 diawaki oleh seorang juru tembak dengan posisi menembak berdiri. Selain bisa dioperasikan lewat panggul oleh seorang prajurit, untuk menjaga ke stabilan rudal seberat 23 Kg ini juga dipasangkan pada dudukan tripod pada kendaraan jip.
Saat digunakan oleh Paskhas, QW-3 tercatat sudah beberapa kali diujicoba, seperi di Garut, Jawa Barat pada 9 Juli 2010. Rudal yang diujicoba sebanyak empat buah. Sasaran tembaknya adalah beberapa pesawat yang menggunakan remote control, “tujuan kegiatan ini untuk mengetahui ketepatan maksimal sasaran tembak. Hasil uji coba cukup berhasil karena tepat mengenai sasaran,” ujar Kepala Penerangan Pasukan Khas TNI AU Lanud Sulaeman, Letnan Kolonel Sus Ahmad Nairiza, dikutip dari Tempointeraktif.com (9/7/2010).
QW-3 milik Paskhas dipasang dalam platform tripod di kendaraan jip
Selain di Garut, sebelumnya QW-3 juga diujicoba di pantai selatan kabupaten Pacitan pada kamis (10/6/2010) disaksikan oleh para pejabat TNI AU, Dephan, dan Mabes TNI. Kegiatan uji tembak tersebut dapat berjalan dengan lancar dan cukup berhasil ditandai dengan tembakan Rudal mengenai sasaran tembak berupa pesawat target drone. (Haryo Adjie Nogo Seno)
Spesifikasi QW-3
Panjang : 2,1 meter
Berat : 23 Kg
Jangkauan : 0,8 – 8 Km
Ketinggian max : 5 Km
Kecepatan luncur : 750 meter per detik/2700 Km per jam
Hulu ledak : high-explosive fragmentation
Mesin : Roket berbahan bakar padat
Pemandu : semi aktif laser

RUDAL STRELA INDONESIA

strela.jpg
Jihad-Defence-Indonesia - Strela adalah jenis rudal panggul (Manpad) yang amat populer, dan banyak digunakan pada berbagai konflik di seluruh dunia. Hadirnya Strela pada awal 1990, menjadikan senjata ini sebagai Rudal Anti pesawat pertama dimiliki TNI, Baru kemudian TNI kedatangan rudal-rudal pencegat objek di udara yang lebih modern, seperti Mistral , QW-3 , Exocet dan Yakhont.
Strela yang dioperasikan TNI AL hingga kini masih memperkuat jajaran armada korvet kelas Parchim. Karena sudah berusia tua dan bekas pakai pula, rudal ini perlu dimodifikasi lebih lanjut agar sesuai kebutuhan dalam gelar operasi. Modifikasi pun telah dilakukan oleh Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AL, hasilnya walau rudal ini usianya sudah 34 tahun masih tetap mantab dalam uji coba. Dari hasil modifikasi, Strela kini dinamai rudal AL1.
strela-di-atas-kri.jpg
Pengoprasian peluncur strela di atas kapal perang
Streal bekerja dengan sistem pemandu pasif infra merah, rudal ini bisa mendeteksi sasaran dengan tepat di atas temperatur 200-400 derajat Celsius suhu yang dikeluarkan oleh exhaust nozzle pesawat terbang atau helikopter sasaran. Sistem peluncur rudal terdiri dari tabung peluncuran rudal dan silinder baterai termal. Dalam teorinya satu tabung peluncur dapat diisi ulang hingga lima kali pengisian.
Karena sifatnya manpad, rudal ini sepenuhnya dikendalikan oleh awak secara manual. Saat rudal meluncur dari tabung, digunakan sistem pembakaran sesaat (short burnt booster). Pola penembakan ini harus diwaspadai oleh awak, sebab semburan roket dapat mengenai penembak.
Kelemahan lain adalah Strela harus benar-benar diarahkan ke saluran buang (exhaust nozzle) pesawat atau helikopter sasaran. Saat rudal pertama kali meluncur dari tabung, kecepatan yang didapat yakni 32 meter per detik dan rudal berputar pada porosnya sekitar 20 putaran per detik. Pada puncaknya, Strela akan memburu target dengan kecepatan 430 meter per detik. Setelah rudal keluar dari tabung, otomatis badan rudal akan mengembangkan sirip untuk terbang.
Spesifikasi
  • Perancang : KBM Kolomna
  • Berat rudal : 9,8 Kg
  • Berat hulu ledak 1,15 kg
  • Panjang : 1,44 meter
  • Diameter : 72 mm
  • Bentang maksimum : 4200 mm
  • Lebar sayap : 70 cm
  • Jangkauan max : 5.500 meter
  • Ketinggian max : 4.500 meter
  • Kecepatan max : 430 meter per detik (sekitar 1,5 Mach).

RUDAL MAVERICK INDONESIA

agm-maverick.jpg
AGM 65 Maverick adalah sebuah peluru kendali udara ke darat ( Air to Ground ) yang dirancang untuk keperluan dukungan udara. Rudal ini diproduksi oleh Hughes Aircraft Corporation, Raytheon Corporation, Amerika. Dan mulai dipakai sejak tahun 1972. Rudal ini efektif dipakai untuk banyak target seperti kendaraan lapis baja, pertahanan udara ( bunker ), kapal dan fasilitas darat lainnya. Rudal Maverick memiliki bentuk silindris dan memiliki ujung yang terbuat dari gelas untuk pemandu elektro-optik atau seng sulfida untuk pemandu inframerah, sayapnya berbentuk delta serta hulu ledak yang terletak di bagian tengah. Sistem penembakan rudal ini "Fire and Forget" yang artinya setelah rudal diluncurkan, sistim penginderaan rudal akan bekerja sendiri untuk menghajar target yang telah ditentukan sebelumnya.
AGM 65 Maverick memiliki dua macam hulu ledak yaitu yang memiliki pemicu kontak di ujung dan yang memiliki pemicu dengan interval yang menembus target dengan energi kinetik sebelum meledak. Model terakhir lebih efektif untuk target yang keras dan besar. Sistem mesin untuk kedua model memakai motor roket berbahan bakar padat.
Beberapa varian dari rudal AGM 65 Maverick diantaranya
  • AGM-65A
    Memiliki pemandu elektro-optik . Setelah kubah pelindung dicabut dan sirkuit videonya diaktifkan, tampilan yang dilihat oleh sistem pemandu akan muncul di layar kokpit. Pilot kemudian memilih target, mengunci target kemudian rudal ditembakkan.
  • AGM-65B
    Mirip dengan model A dengan pengembangan pada sistem televisinya yang memungkinkan pilot untuk memperbesar layar (zoom) untuk mengidentifikasi target yang kecil.
  • AGM-65D
    Memiliki pemandu inframerah , yang memungkinkan penggunaan pada malam hari atau cuaca buruk, pembidik inframerahnya juga dapat melacak panas yang dihasilkan oleh target.
  • AGM-65E
    Memiliki pemandu laser yang digunakan korps marinir. Rudal akan melacak laser yang dipantulkan. Jika pantulan laser tidak lagi dideteksi, rudal akan terbang melewati target dan tidak akan meledak.
  • AGM-65F
    Memiliki 136 kg hulu ledak yang digunakan oleh angkatan laut serta pemandu elektro-optik yang dioptimalkan untuk target kapal.
  • AGM-65G
    Mirip dengan model D, tetapi memiliki hulu ledak berat dibandingkan dengan model A, B dan D yang shaped-charge.
agm-65-maverick.jpg
Spesifikasi teknis Rudal AGM 65 Maverick
  • Mesin : Thiokol TX-481 dengan motor roket berbahan bakar padat berpendorong ganda
  • Berat :
    207,9 kg (AGM 65A/B)
    218,25 kg (AGM 65D)
    301,5 kg (AGM 65G)
    286 kg (AGM 65E)
    301,5 kg (AGM 65F)
  • Panjang : 2,55 meter
  • Diameter : 30,48 cm
  • Bentang sayap : 71,12 cm
  • Kecepatan : 1.150 km/jam
  • Jangkauan :
    27 km ( ketinggian tinggi )
    13 km ( ketinggian rendah )
  • Hulu ledak :
    56,25 kg (AGM 65A/B)
    135 kg (AGM 65G)
    56,25 kg (AGM 65E)
    135 kg (AGM 65F)
  • Sistem pemandu :elektro-optik, inframerah dan laser
  • Platform : Pesawat