Tak banyak panser tempur Indonesia yang punya reputasi memukau
dalam waktu operasional yang demikian panjang. Salah satunya tak lain
adalah V-150 Commando buatan Cadilage Cage Company, Amerika Serikat.
Panser dengan empat roda ini (4×4) didatangkan ke Tanah Air sekitar
tahun 70-an, dan hingga kini menjadi andalan dalam arsenal tempur
Batalyon Kavaleri 7/Sersus (Panser Khusus) Kodam Jaya yang bermarkas di
Cijantung, Jakarta. V-150 YonKav 7 terdiri dari empat varian, yakni
versi intai dengan senapan mesin berat 12,7mm, versi meriam kaliber
90mm, versi twin gun 7,6mm MG Turret AP (Angkut Personel) dan versi
komando.
Kabarnya jumlah total V-150 yang dimiliki TNI AD mencapai 200 unit.
Dan secara langsung Indonesia menjadi pengguna V-150 terbanyak di dunia
setelah Arab Saudi. Negara-negara tetangga ASEAN seperti Filipina,
Malaysia, Thailand dan Singapura juga memiliki panser jenis ini.
Secara umum bentuk bodi antar varian diatas relatif sama. Sisi-sisi
bodi sengaja dibangun bersudut, fungsinya untuk menahan hempasan energi
akibat ledakan saat panser melibas ladang ranjau.
Jenis ban pun mengadopsi teknologi run flat, artinya bila ban
kempes, panser tetap bisa melaju sampai jarak 80 kilometer. Tak cuma
itu, meski tak dibekali baling-baling, V 150 punya kemampuan untuk
mengarungi air. Tenaganya berasal dari putaran roda saat di dalam air.
Antara versi V-150 sebenarnya hanya dibedakan pada bentuk kubahnya.
Berbicara soal pengalaman tempur, V 150 tergolong cukup kenyang
pengalaman. Kiprah tempur pertamanya dilalui saat operasi Seroja di
Timor Timur. Dalam sebuah wawancara dengan kru panser V-150, penulis
mendapat kisah menarik bahwa panser ini mendapat julukan “mobil setan”
di kalangan gerombolan pemberontak. Pasalnya V 150 yang bertampang
garang amat ditakuti sosoknya oleh pasukan Fretilin.
Selain misi tempur di dalam negeri, V 150 YonKav 7 juga pernah
dikirim untuk memperkuat misi pasukan perdamaian PBB di Kamboja. V 150
juga menjadi panser yang diandalkan untuk menindak rusuh massa, ini
dibuktikan pada saat kerusuhan Mei 1998, V 150 yang mendukung PHH
(Pasukan Anti Huru Hara) yang dilengkapi kawat berduri disekeliling
bodinya.
V-150 Retrofit TNI-AD
V-150 yang dimiliki TNI-AD tentunya kini telah melalui program
retrofit di Direktorat Peralatan Bengkel Pusat Peralatan TNI-AD.
Komponen yang diretrofit mencakup penggunaan mesin Diesel V6-155 6
silinder 4 langkah dengan daya 149 BHP/3300 RPM dan torsi 39,2 KGM/1900
RPM memberikan kemampuan dan kecepatan yang sama dengan aslinya serta
pemakaian bahan bakar yang lebih hemat. V-150 retrofit menggunakan
transmisi otomatis Allison AT-545 4 speed, empat maju satu mundur
memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi pengemudi.
Sebagai perbandingan, V-150 retrofit punya jarak jelajah hingga 800
Km, sedang versi aslinya hanya 643 Km. Kecepatan maksimum V-150
retrofit mencapai 89 Km/jam, sedang V-150 versi aslinya kecepatan
maksimumnya 88,5 Km/jam.
V 150 juga ikut membantu pemulihan keamanan di Aceh, tak sedikit
anggota GAM (Gerakan Aceh Merdeka) yang meregang nyawa akibat muntahan
perluru dari panser ini. Saat ini V 150 diketahui juga ditempatkan untuk
mengamankan komplek pertambangan Freeport di Papua
Spesifikasi V-150 Commando
Weight : 9,888 kg.
Length : 5.69 m
Width : 2.26 m
Height : 2.54 m (turret roof), 1.98 m (hull top)
Crew : 3+2
Armor : classified
Primary armament : 1 x 20 mm, 1 x 7.62 mm Machinegun
Secondary armament : 2×6 40 mm Smoke Dischargers
Engine : V-504 V8 diesel turbo charged engine 202 bhp
Power/weight : 18.75 bhp/ton
Operational range : 643 km
Speed : 88 km/h (road), 5 km/h (water)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar